BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai
oleh berbagai perubahan fisik, emosi, dan psikis. Remaja secara umum dianggap
mencakup individu berusia antara 10-19 tahun, sehingga kesehatan reproduksi
remaja memperhatikan kebutuhan fisik, sosial, dan emosional kaum muda.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan, bersifat sementara, dan dapat pula bersifat permanen. Remaja
memiliki masalah yang berbeda dari orang dewasa, sehingga program kesehatan
seksual dan keluarga berencana yang ditujukan kepada kaum muda harus dirancang
secara khusus untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan bukan diadaptasi dari
program yang sudah ada yang ditujukan kepada orang dewasa.
Kaum muda perlu mengumpulkan pengetahuan dan mengembangkan
keterampilan yang diperlukan agar mereka dapat terhindar dari kehamilan yang
tidak diinginkan, terlindung dari IMS, dan dapat tumbuh menjadi orang dewasa
yang sehat secara seksual.
Remaja sebenarnya tidak membutuhkan alat kontrasepsi, tetapi
pada beberapa kasus dimana terjadi remaja telah seksual aktif , maka diperlukan
konseling tentang kontrasepsi secara dini pada remaja agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan pada remaja.Karena kurangnya pengetahuan remaja
tentang kontrasepsi inilah, maka penulis tertarik untuk membahas masalah remaja
dan kontrasepsi ini.
B.
Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini
adalah mengenai remaja dan kontrasepsi, serta kasus-kasus yang berhubungan
dengan remaja dan kontrasepsi.
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah :
1.
Agar kita mengetahui tentang remaja dan
kontrasepsi, serta masalah-masalah dalam kehidupan remaja yang berhubungan
dengan kontrasepsi.
2.
Mengetahui tentang kasus-kasus serta
data-data terbaru tentang remaja dan kontrasepsi
3.
Memenuhi tugas Pelayanan KB
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Pengertian
Remaja adalah kelompok penduduk yang berusia antara 10-19
tahun, sehingga kesehatan reproduksi remaja memperhatikan kebutuhan fisik,
sosial, dan emosional kaum muda. Masa remaja ialah periode waktu individu
beralih dari fase anak ke fase dewasa. Secara biologik sebagian besar remaja
sudah matang, tetapi secara sosial, mental, dan emosional belum. Akibatnya
dapat terjadi masalah-masalah remaja seperti kehamilan diluar nikah, abortus
dan ketergantungan obat.
Remaja memiliki masalah yang berbeda dari orang dewasa,
sehingga program kesehatan kesehatan seksual dan keluarga berencana yang
ditujukan kepada kaum muda harus dirancang secara khusus untuk memenuhi
kebutuhan mereka, dan bukan diadaptasi dari program yang sudah ada yang
ditujukan kepada orang dewasa.
Kaum muda perlu mengumpulkan pengetahuan dan mengembangkan
keterampilan yang diperlukan agar mereka dapat terhindar dari kehamilan yang
tidak diinginkan, terlindung dari IMS, dan dapat tumbuh menjadi orang dewasa
yang sehat secara seksual. Masa remaja dalam perjalanan hidup kita adalah suatu
periode transisi yang memiliki rentang dari masa kanak-kanak yang bebas dari
tanggung jawab sampai pencapaian tanggung jawab pada masa dewasa. Kontrasepsi
adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, bersifat sementara, dan dapat
pula bersifat permanen.Alat kontrasepsi digunakan pada program keluarga
berencana untuk menunda, mengatur jarak, dan mencegah terjadinya kehamilan.
Remaja sebenarnya tidak membutuhkan alat kontrasepsi, tetapi pada beberapa
kasus dimana terjadi remaja telah seksual aktif, bahkan kadang-kadang pernah
melakukan aborsi biasanya dilakukan konseling untuk mencari jalan keluarnya.
Setelah melalui proses konseling, dapat diketahui prilaku remaja tersebut dan
bila memang sulit untuk dihentikan aktivitas seksualnya dan tidak/belum mau
menikah maka dapat dipertimbangkan konseling untuk penggunaan alat kontrasepsi.
B.
Perkembangan Remaja
Tahap perkembangan remaja ada 3, yaitu :
1.
Remaja tahap awal (usia 10-14 tahun)
a.
Berpikir konkret
b.
Ketertarikan utama adalah pada teman
sebaya dengan jenis kelamin sama, disisi lain ketertarikan pada lawan jenis
dimula
c.
Mengalami konflik dengan orang tua
d.
Remaja berprilaku sebagai seorang anak
pada waktu tertentu dan sebagai orang dewasa pada waktu selanjutnya
2.
Remaja tahap menengah (15-16 tahun)
a.
Penerimaan kelompok sebaya merupakan
isu utama dan seringkali menentukan harga diri
b.
Remaja mulai melamun, berfantasi dan
berpikir tentang hal-hal magis
c.
Remaja berjuang untuk mandiri/bebas
dari orang tuanya
d.
Remaja menunjukkan prilaku idealis dan
narsistik
e.
Remaja menunjukkan emosi yang labil,
sering meledak-ledak dan mood sering berubah
f.
Hubungan heteroseksual merupakan hal
yang penting
3.
Remaja tahap akhir (17-21 tahun)
a.
Remaja mulai berpacarandengan lawan
jenisnya
b.
Remaja mengembangkan pemikiran abstrak
c.
Mulai mengembangkan rencana untuk masa
depan
d.
Berusaha untuk mandiri secara emosional
dan finansial dari orangtua
e.
Cinta adalah bagian dari hubungan
heteroseksual yang intim
f.
Kemampuan untuk mengambil keputusan
telah berkembang
g.
Perasaan kuat bahwa dirinya adalah
seorang dewasa yang berkembang
Perubahan
fisik pada remaja antara lain :
1.
Tanda-tanda seks primer, yaitu yang
berhubungan langsung dengan organ seks, yaitu :
a.
Menarche pada remaja putrid
b.
Mimpi basah pada remaja pria
2.
Tanda-tanda seks sekunder, yaitu :
a.
Pada remaja laki-laki terjadi perubahan
suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi
dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan
rambut disekitar kemaluan dan ketiak
b.
Pada remaja putri, pinggul melebar,
pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut diketiak dan
sekitar kemaluan (pubis)
Perubahan
kejiwaan pada remaja Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat
dibandingkan perubahan fisik, yang meliputi :
1.
Perubahan emosi, sehingga remaja
menjadi :
a.
Sensitive (mudah menangis, cemas,
frustasi dan tertawa)
b.
Agresive dan mudah bereaksi terhadap
rangsangan luar yang berpengaruh
2.
Perkembangan intelegensia, sehingga
remaja menjadi :
a.
Mampu berpikir abstrak, senang
memberikan kritik
b.
Ingin mengetahui hal-hal baru sehingga
muncul prilaku ingin mencoba-coba
C.
Kontrasepsi untuk Remaja
Sebagian besar kaum muda akan aktif secara seksual pada
masa-masa remaja mereka. Selama empat dekade terakhir, usia median saat
melakukan hubungan intim pertama kali telah turun menjadi 17 tahun bagi kedua
jenis kelamin. Dengan demikian, remaja memiliki kebutuhan yang lebih besar dari
sebelumnya untuk akses ke bentuk-bentuk kontrasepsi yang dapat diterima dan
handal, apabila mereka ingin menghindari kehamilan yang tidak diinginkan.
Remaja yang aktif secara seksual juga beresiko terjangkit
IMS, terutama infeksi klamidia, dan para penyedia layanan kontrasepsi harus
mempertimbangkan hal ini saat memberikan saran. Tidak ada satupun metode
kontrasepsi yang dapat memberi proteksi maksimum terhadap kehamilan yang tidak
diinginkan, dan mungkin diperlukan kombinasi metode. Tidak ada metode satupun
yang cocok untuk semua remaja, dan dengan demikian anjuran dan pilihan
kontrasepsi seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing remaja.
1.
Kontrasepsi Oral Kombinasi
Kontrasepsi Oral Kombinasi (KOK) adalah
bentuk kontrasepsi yang sangat handal, dan metode ini sering menjadi pilihan
bagi wanita muda dengan proteksi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan
merupakan hal yang sangat penting. Namun, efektivitas metode ini bergantung
pada kemampuan wanita untuk ingat minum pil secara teratur dan benar serta
menyadari situasi-situasi yang efektivitas kontrasepsinya mungkin hilang.
Sebagian wanita muda menjalani gaya hidup tidak teratur yang tidak kondusif
untuk minum pil secara teratur. Pada keadaan seperti ini, dianjurkan unutk
pindah ke metode yang tidak terlalu bergantung pada pemakai. Kehamilan yang
tidak diinginkan sering terjadi pada permulaan suatu hubungan baru, sebelum
digunakannya kontrasepsi yang handal. Sering kali wanita sudah mengkonsumsi KOK
sebelumnya, namun berhenti saat hubungan yang terakhir,berakhir, dan belum
kembali menggunakan KOK.
Wanita muda dapat didorong untuk terus
menggunakan pil diantara dua hubungan. Kekhawatiran mengenai kesehatan sering
menyebabkan wanita ”beristirahat” dari pil. Pada masa inilah dapat terjadi
kehamilan yang tidak diinginkan.
Wanita muda mungkin enggan menggunakan
KOK karena takut akan pertambahan berat badan. Namun, mereka dapat diberi
anjuran mengenai diet yang sehat dan regimen olahraga untuk memastikan bahwa
hal ini tidak menjadi masalah. Juga timbul kekhawatiran mengenai resiko kanker
payudara apabila mereka memakai KOK pada awal masa reproduksi, yaitu pada
tahun-tahun antara menarche dan kelahiran anak pertama. KOK memberikan banyak
manfaat nonkontraseptif, yaitu terjadi pengurangan perdarahan menstruasi dan
dismenorhea.
Juga terjadi penurunan insiden anemia
yang dianggap penting di negara berkembang. KOK akan memberikan manfaat bagi
wanita muda yang memiliki jerawat, dan dapat mengurangi hirsutisme. Selain itu,
KOK memiliki efek proteksi terhadap kista ovarium fungsional, penyakit payudara
jinak, dan keganasan ovarium. Remaja yang menggunakan metode ini harus diberi
anjuran mengenai strategi lain untuk mencapai seks yang aman.
2.
Kondom
Kondom pria merupakan yang paling
penting pada praktik seks yang aman, dan para remaja, walaupun sedang
menggunakan metode kontrasepsi yang lain harus didorong untuk juga
menggunakannya (pendekatan ”Double Dutch”). Kondom memiliki keuntungan yaitu
mudah diperoleh ditoko-toko obat, dipasar swalayan, dan dari mesin kondom.
Kondom memiliki angka kegagalan yang tinggi pada remaja yang kurang pengalaman
pemakaiannya. Seperti kondom pria, kondom wanita juga memberi perlindungan
terhadap HIV dan IMS lain, dan tersedia dipusat layanan keluarga berencana dan
dari toko komersial.
3.
Metode Barier lainnya
Diafragma dan topi (cap) serviks sangat
jarang digunakan oleh remaja. Bagi kelompok pemakai usia remaja, metode-metode
ini kurang memberikan perlindungan yang memadai terhadap kehamilan atau IMS.
4.
Pil Progesteron
Pil progesteron memiliki angka
kegagalan yang lebih tinggi pada pemakai remaja dibandingkan pada pemakai yang
lebih tua, an memerlukan tingkat kedisiplinan yang tinggi dalam meminum pil
secara teratur.
5.
Metode Progesteron kerja lama
Depot medroksiprogesteron asetat
(DMPA;Depoprovera) populer diantara remaja putri. Metode ini lebih efektif
terhadap kehamilan yang tidak direncanakan dibandingkan dengan KOK, dan ideal
bagi mereka yang sering lupa minum pil. DMPA dapat menyebabkan penambahan BB
dan jerawat bagi sebagian pemakai, yang menyebabkan DMPA kurang diterima.
Seperti KOK, DMPA tidak memberikan perlindungan terhadap IMS, dan para pemakai
seharusnya dianjurkan juga untuk menggunakan kondom.
Implant progesteron 5 tahun, Norplant
adalah metode yang relatif populer diantara remaja yang tidak memiliki rencana
untuk hamil dalam waktu dekat. Implant ini seharusnya menjadi metode yang dapat
diterima oleh banyak remaja, setelah mereka mendapat konseling pra pemasangan
yang adekuat.
6.
AKDR
AKDR kecil kemungkinannya menjadi metode kontrasepsi yang cocok bagi remaja. Remaja cenderung memiliki hubungan yang lebih singkat, sehingga lebih besar kemungkinannya memiliki banyak pasangan seksual dalam rentang usia suatu AKDR. AKDR kadang-kadang perlu dipasang sebagai metode kontrasepsi pasca koitus bagi para remaja. Wanita muda mungkin memutuskan untuk meneruskan pemakaian AKDR sebagai metode kontrasepsinya, dan pasangan tersebut perlu didorong untuk menggunakan kondom.
AKDR kecil kemungkinannya menjadi metode kontrasepsi yang cocok bagi remaja. Remaja cenderung memiliki hubungan yang lebih singkat, sehingga lebih besar kemungkinannya memiliki banyak pasangan seksual dalam rentang usia suatu AKDR. AKDR kadang-kadang perlu dipasang sebagai metode kontrasepsi pasca koitus bagi para remaja. Wanita muda mungkin memutuskan untuk meneruskan pemakaian AKDR sebagai metode kontrasepsinya, dan pasangan tersebut perlu didorong untuk menggunakan kondom.
7.
Kontrasepsi Darurat
Remaja akan lebih memerlukan
kontrasepsi darurat apabila mereka telah melakukan hubungan intim tanpa
perlindungan, atau saat metode kontrasepsi yang biasa digunakan diketahui
gagal.
Ada beberapa hal mengapa remaja tidak dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi, yaitu :
Ada beberapa hal mengapa remaja tidak dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi, yaitu :
a.
Peraturan Perundang-undangan di
Indonesia tidak memperbolehkan penggunaan alat kontrasepsi bagi remaja yang
belum menikah
b.
Ada jenis alat kontrasepsi tertentu,
misalnya IUD tidak boleh digunakan pada rahim yang belum pernah hamil karena
dapat merusak dinding rahim
c.
Selain itu secara mental remaja yang
menggunakan alat kontrasepsi akan merasa bahwa dia dapat berprilaku seksual
aktif tanpa resiko kehamilan dalam arti dia akan permisif terhadapa prilaku
tersebut dan akan sangat mudah terjadi gonta-ganti pasangan, padahal semua alat
kontrasepsi tetap punya angka kegagalan dan hubungan seksual tidak hanya
berakibat kehamilan. Tetapi
juga terkena PMS (Penyakit Menular Seksual)
Metode
KB yang tepat bagi remaja ialah :
a.
Pendidikan seks yang sehat, sehingga
dapat menghindari kehamilan dan penyakit hubungan seksual
b.
Kondom merupakan pilihan utama karena
efek sampingnya tidak ada dan dapat dipergunakan untuk menghindari PMS
c.
Pil dapat dibenarkan karena efek
sampingnya ringan dan tidak banyak mempengaruhi alat genitalia
d.
Suntikan KB masih dapat dipakai karena
pengaruhnya kecil terhadap perubahan hormonal
e.
AKDR pilihan yang paling akhir bila
metode lainnya sulit diterima mengingat pengaruhnya terhadap alat genital
f.
Bila berhadapan dengan kehamilan yang
tidak diinginkan, maka upaya gugur kandung masih dipertimbangkan karena
berkaitan dengan UU Kesehatan no.30/tahun 1992 tetapi bertentangan dengan
filsafat dan dasar negara pancasila
D.
Masalah-masalah Remaja
Banyak masalah-masalah yang dihadapi oleh para remaja pada
saat ini. Hal ini disebabkan karena pengaruh globalisasi yang tak terkendali
yang tidak diiringi oleh pendidikan agama.
Adapun masalah-masalah yang berkaitan dengan remaja adalah sebagai berikut :
a.
Informasi mengenai masalah seksual dan
kesehatan reproduksi bagi remaja yang tidak memadai
b.
Tidak ada atau sangat sedikit akses
pelayanan bagi remaja yang bersifat youth friendly dan tidak menghakimi
c.
Masih kurangnya pengetahuan dan
pengalaman petugas untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja
d.
Remaja masih merupakan kelompok yang dimarginalkan
untuk mendapat pelayanan kesehatan reproduksi
e.
Masyarakat cenderung menganggap aib
remaja yang tidak mengikuti norma susila yang berlaku
f.
Terdapat peningkatan prevalensi remaja
yang aktif menjalankan kegiatan seksual/berhubungan seks diluar nikah dengan
akibat :
1)
Sekitar 12,2% remaja berusia 15-19
tahun sudah pernah atau sedang hamil
2)
HIV positif (44% dari penderita berumur
15-22 tahun)
3)
IMS tertinggi terdapat pada usia 15-23
tahun
4)
Sebanyak 9,1% perempuan usia 15-19
tahun termasuk kelompok unmet need
5)
Kehamilan Tidak Diinginkan yang
diakhiri dengan aborsi 2,4 juta jiwa/tahun, diantaranya 700 ribu adalah remaja
Dalam makalah ini akan dibahas masalah-masalah pada remaja yang berkaitan dengan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan Aborsi yang sesuai dengan contoh kasus yang dilampirkan pada akhir makalah ini
Dalam makalah ini akan dibahas masalah-masalah pada remaja yang berkaitan dengan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan Aborsi yang sesuai dengan contoh kasus yang dilampirkan pada akhir makalah ini
E.
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja umumnya terjadi
karena :
a.
Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan
tentang prilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan
b.
Tidak menggunakan alat kontrasepsi
c.
Kegagalan alat kontarasepsi akibat
remaja menggunakan alat konttasepsi tanpa disertai pengetahuan yang cukup
tentang metode kontrasepsi yang benar
d.
Akibat pemerkosaan diantaranya
pemerkosaan oleh teman kencannya (date rape)
Banyak
kasus KTD pada remaja yang ditangani secara diam-diam (bukan lewat proses
medis/sepengetahuan orang tua) karena hukuman dari orang tua dan masyarakat
sekitar lebih menakutkan mereka daripada kekhawatiran terhadap tubuhnya
sehingga banyak dari mereka yang mengalami KTD memilih mengakhiri kehamilannya
karena takut hukuman dari orang tua dan masyarakat.
Karena
alasan itu pula orang pertama yang diberi tahu akan kehamilannya bukanlah orang
tua remaja putri tetapi pacarnya. Mereka berharap sang pacar mau bertanggung
jawab atau ikut mencarikan solusi akan kehamilannya. Ketakutan akan konsekuensi
psikologis (malu dan tertekan) dan sosial ekonomi, reaksi awal mereka pada
umumnya adalah keinginan dan usaha untuk aborsi. Usaha aborsi awal itu
menggunakan cara-cara yang bervariasi, mulai dari self-treatment sampai meminta
bantuan tenaga medis.
Berdasarkan
hasil penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan
Kesejahteraan Sosial (B2P3KS), Departemen Sosial Republik Indonesia (Depsos RI)
yang bertajuk ”Kehamilan Tidak Diinginkan pada Remaja Tahun 2007” yang
dilakukan disebuah kota di pulau Jawa, ditemukan fakta bahwa remaja yang
mengalami KTD terbanyak adalah yang memiliki pendidikan perguruan tinggi alias
mahasiswa (59,22%), remaja yang berpendidikan SMU (17,70%) dan yang paling
kecil SMP (1,63%). Secara keseluruhan, remaja yang hamil diluar nikah terbesar
terjadi pada tahun 2002 (640 kasus).
Kemudian
tahun 2004 sebanyak 560 kasus dan tahun 2005 (551 kasus).(Sabili, No.14 Th.XI
24 Januari 2008) Menelusuri motif dibalik tingginya kasus KTD dikalangan orang
yang mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi diungkapkan oleh Yusnar. Menurut
kepala B2P3KS itu, pendidikan (sekuler) justru memicu remaja melakukan
perbuatan yang mengakibatkan hamil diluar nikah. Dari 59,22% responden
mahasiswi yang mengalami KTD, mereka memiliki alasan :
a.
Ingin melakukan tes kehamilan, apakah
dirinya bisa hamil atau tidak, karena jika tidak bisa hamil akan dicerai oleh
suaminya
b.
Pergaulan bebas sebuah demokrasi
c.
Nilai agama tidak kuat lagi membentengi
pergaulan remaja
Strategi untuk mengurangi kehamilan remaja
Strategi untuk mengurangi kehamilan remaja
a)
Mengurangi Kemiskinan
Angka
kehamilan remaja paling tinggi terdapat di daerah-daerah yang keadaan sosial
ekonominya kurang. Strategi yang menurunkan kemiskinan dan memperbaiki prospek
sosial ekonomi keluarga muda ini besar kemungkinannya akan menurunkan angka
kehamilan remaja.
b)
Memperbaiki penyediaan kontrasepsi
Layanan
yang menawarkan kontrasepsi sebaiknya disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan kaum
muda, disertai ekspansi lokal fasilitas-fasilitas yang ditujukan bagi mereka.
Kontrasepsi darurat harus lebih mudah diperoleh, dan para remaja harus diberi
tahu mengenai pengggunaannya. Harus disediakan suatu layanan terpadu yang
menawarkan layanan kesehatan umum dan seksual bagi kaum muda, dan layanan
tersebut harus diberitahukan secara luas.
c)
Mengincar kelompok beresiko tinggi
Kelompok-kelompok
tertentu kaum muda lebih besar kemungkinannya hamil pada usia remaja, sehingga
mereka dapat dipilih untuk menjadi sasaran. Kelompok ini mungkin mencakup
remaja yang diasuh oleh negara, remaja yang tidak memiliki rumah, remaja yang
tinggal dilingkungan yang sosial ekonominya lemah, dan remaja yang mereka sendiri
adalah anak dari orangtua remaja.
d)
Meningkatkan pendidikan
Pendidikan
seks di sekolah berperan penting dalam menurunkan kehamilan remaja. Program
pendidikan seks lebih besar kemungkinannya berhasil apabila terdapat pendekatan
terpadu antara sekolah dan layanann kesehatan.
F.
Peran Petugas Kesehatan
a.
Sebelum memutuskan memberi pelayanan
kontrasepsi pada remaja, perlu diperhatikan undang-undang serta peraturan yang
berlaku (KUHP dan Undang-undang nomor 10 tahun 1992), serta aspek-aspek sosial
dan budaya masyarakat yang ada
b.
Petugas perlu memahami prilaku seksual
remaja serta upaya pemberian kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dan IMS, dan
kemungkinan kembalinya kesuburan
c.
Konseling memegang peranan sangat
penting untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan, sikap, dan prilaku
yang bertanggung jawab dalam kehidupan seksual mereka
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Remaja adalah kelompok penduduk
yang berusia antara 10-19 tahun, sehingga kesehatan reproduksi remaja
memperhatikan kebutuhan fisik, sosial, dan emosional kaum muda.
Sebagian besar kaum muda akan aktif secara seksual pada
masa-masa remaja mereka. Dengan demikian, remaja memiliki kebutuhan yang lebih
besar dari sebelumnya untuk akses ke bentuk-bentuk kontrasepsi yang dapat
diterima dan handal, apabila mereka ingin menghindari Kehamilan yang Tidak
Diinginkan hingga terjadinya abortus
Remaja sebenarnya tidak membutuhkan alat kontrasepsi, tetapi
pada beberapa kasus dimana terjadi remaja telah seksual aktif , bahkan
kadang-kadang pernah melakukan aborsi biasanya dilakukan konseling untuk
mencari jalan keluarnya. Setelah melalui proses konseling, dapat diketahui
prilaku remaja tersebut dan bila memang sulit untuk dihentikan aktivitas
seksualnya dan tidak/belum mau menikah maka dapat dipertimbangkan konseling
untuk penggunaan alat kontrasepsi.
Oleh karena itu, peran petugas kesehatan sangat penting
seperti memberikan pembinaan bagi remaja yang bertujuan untuk memberikan
informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan prilaku hidup sehat bagi
remaja, memberi pelayanan kontrasepsi, disamping menangani masalah yang ada.
B.
Saran
Saran
yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini adalah:
a.
Kepada setiap remaja agar mempunyai
pengetahuan dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan agar mereka dapat
terhindar dari masalah-masalah pada remaja, contohnya KTD dan aborsi
b.
Kepada setiap orang tua diharapkan
dapat selalu mengontrol apa saja kegiatan anak-anak mereka, baik didalam maupun
diluar rumah, serta selalu menyediakan waktu untuk dapat berdiskusi tentang
masalah-masalah yang dihadapi oleh sang anak.
c.
Kepada petugas kesehatan untuk
memberikan pembinaan bagi remaja yang bertujuan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan yang berhubungan dengan prilaku hidup sehat bagi remaja, memberi
pelayanan kontrasepsi, disamping menangani masalah yang ada pada remaja
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar